Tutup Tahun Pelajaran KB-TK St. Velentinus 2019 (Part 1-Museum Dirgantara Mandala)
Sabtu 18 Mei 2019 ada agenda
mengantar Juang ke Jogja untuk mengikuti acara tutup tahun pelajaran. Bersama Kelompok
Bermain, TK A, dan TK B, rombongan anak-anak yang didampingi para bunda dan
orang tua mengadakan Wisata Ceria dengan tujuan kota Jogja. Museum Dirgantara
dan Kids Fun menjadi lokasi yang dipilih sebagai tujuannya.
Saya dan Juang berangkat jam
06.00 pagi dari rumah dengan
memanfaatkan Gojek. Pihak sekolah memang menyarankan para orang tua tidak
meninggalkan kendaraan di sekolah karena tidak ada yang menjaga kendaraan,
semua Bunda dan penjaga sekolah ikut berwisata. Sesampai di sekolah,
teman-teman Juang sudah banyak yang datang didampingi orang tua masing-masing
yang kebanyakan ibu-ibu. Saya termasuk sedikit dari bapak-bapak yang mengantar
anak. Bus wisata sejumah 7 armada sudah berjajar di pinggir jalan raya samping
sekolah, siap mengantar rombongan bunda, anak dan orang tua.
Jam 06.45 rombongan mulai
bergerak menuju kota Gudeg setelah terlebih dahulu doa bersama. Barisan bus
nampak mengular beriringan di jalan raya. Melaju dengan lancar di jalan raya
yang tidak terlalu padat karena kebetulan masih pagi dan bertepatan dengan
bulan puasa. Selama perjalanan, suasana gaduh dan ceria terjadi di dalam bus. Sendau
gurau dan nyanyian anak-anak, sampai rapalan alat musik ritmik iringan drumband
mereka kumandangkan. Nan Ri Nan Ri Nan Ri Nan Tik (2x)…Flam Flam Flam…begitu
yang saya dengar, sama seperti Juang saat berlatih di rumah sebelum perlombaan
drumband tanggal 5 Mei 2019. Benar saja, mereka adalah kelompok PCB (Percussion
Corp Band) TK St. Valentinus yang berhasil menyabet juara umum dan total ada 9
piala yang dibawa pulang.
Setelah 2 jam perjalanan, rombongan
sampai di tujuan pertama, Museum Dirgantara Mandala. Museum ini terletak Kompleks Landasan Udara Adisucipto, Jl. Kolonel Sugiono,
Karang Janbe, Banguntapan, Yogyakarta, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55282.
Dari arah Solo, sampai di Simpang Janti, belok ke kiri naik melewati fly over. Kalau
beruntung, kita bisa melihat pesawat yang akan landing melintas tepat di atas jalan layang. Setelah turunan, ambil
jalan ke kiri dan perlambat kendaraan untuk masuk ke komplek museum, samping
SMK Angkasa. Pengunjung museum akan melewati pos penjaga untuk melapor. Untuk tiket,
harganya sangat bersahabat yaitu sekitar 3000-4000 rupiah saja per orang. Harga
yang sangat terjangkau untuk dapat melihat dan belajar tentang sejarah
penerbangan dan fasilitas udara Bangsa Indonesia pada jaman dahulu. Dengan uang
jajan anak sehari saja masih ada kembalian, murah banget kan? Sayangnya, saya
tidak tahu persisnya lokasi pembelian tiket karena segala sesuatunya sudah di
urus oleh panitia wisata.
Koleksi pesawat tidak hanya disimpan
di dalam gedung, beberapa pesawat dengan ukuran yang cukup besar di tata dengan
rapi di halaman museum menyambut pengunjung yang datang. Teriakan histeris
terdengar dari anak-anak saat turun dari bus. Secara spontan, mereka berlarian
mendekati koleksi museum yang di tata rapi di halaman museum. Sampai-sampai
para bunda dan orang tua kewalahan mengatur dan memanggil anak-anak yang sudah
berlarian terlebih dahulu dengan TOA. Jika tidak malu mungkin orang tua pun
akan ikut berteriak histeris karena bisa melihat pesawat udara dari jarak yang
amat dekat, termasuk saya. Teriakan histeris bertambah keras ketika terdengar
deru mesin jet pesawat yang akan mendarat di landasan pacu Bandara Adi Sucipto
Jogjakarta. Nah…benar kan, tidak hanya anak-anak yang berteriak, orang tua pun
ternyata ikut histeris saat melihat pesawat yang terbang begitu rendah melintas
di samping museum, besar sekali.
Setelah dengan usaha yang cukup keras
menenangkan anak-anak yang kegirangan, setiap kelas berfoto bersama di depan
salah satu koleksi pesawat. Perjalanan dilanjutkan di dalam gedung yang terbagi
menjadi beberapa ruang. Setiap ruang memberikan informasi yang berbeda-beda. Saya
pribadi kurang memperhatikan secara detail setiap ruang yang saya kunjungi. Fokus
lebih ke anak yang terus berlari melihat peninggalan sejarah penerbangan Bangsa
Indonesia. Sedikit yang bisa saya ingat, ruang pertama adalah foto-foto perwira
yang pernah menjabat di TNI AU, kemudian ada koleksi seragam yang digunakan
para prajurit, koleksi senjata, koleksi miniatur satelit, deorama ruang kendali
udara, alat simulasi pesawat, dan yang paling menarik adalah koleksi pesawat yang
di simpan di dalam hanggar besar.
Beberapa pesawat di desain supaya bisa
dinaiki. Anak-anak dengan antusias memanfaatkan hal ini untuk melihat secara
langsung bagian dalam pesawat yang dulu pernah digunakan untuk berperang. Kilatan
lampu blitz dan hitungan satu..dua..tiga…cekrek...terdengar dari mamah-mamah
yang tak ingin kehilangan momen, mengabadikan kegiatan anak-anak dengan kamera
smartphone. Dari beberapa koleksi pesawat, ada helikopter berukuran kecil
berpenumpang 2 awak. Badan pesawat terlihat terbuat dari lembaran aluminium
dengan paku keling yang terlihat kasar, namun indah. Indah karena nilai
historis helikopter tersebut, mengingat benda “seperti itu” dahulu diterbangkan
entah oleh siap saja untuk tujuan apa, pastinya helikopter itu nampak istimewa
bagi saya. Koleksi pesawat yang ada di Museum dirgantara yang saya ambil dari berbagai sumber diantaranya :
Jam
11.00, rombongan selesai mengunjungi Museum Dirgantara Mandala. Perjalanan
dilanjutkan menuju Kids Fun, hanya 20 menit perjalanan dari Museum. Cerita di
Kids Fun ada di tulisan Tutup Tahun Pelajaran KB-TK St. Velentinus
2019 (Part 2-Kids Fun)
- Pesawat Ki-43 buatan Jepang
- Pesawat PBY-5A (Catalina).
- Replika pesawat WEL-I RI-X (pesawat pertama hasil produksi Indonesia)
- Pesawat A6M5 Zero Sen buatan Jepang.
- Pesawat pembom B-25 Mitchell, B-26 Invader, TU-16 Badger.
- Helikopter Hillier 360 buatan AS.
- Pesawat P-51 Mustang buatan AS.
- Pesawat KY51 Cureng buatan Jepang.
- Replika pesawat Glider Kampret buatan Indonesia.
- Pesawat TS-8 Dies buatan AS.
- Pesawat Lavochkin La-11, Mig-15, MiG-17 dan MiG-21 buatan Russia.
- Rudal SA-75
Hal menarik lain yaitu terdapat
potongan bagian belakang pesawat, satu bekas potongan badan pesawat yang konon
dulu tertembak jatuh oleh musuh. Ngeri dan takut melihatnya, membayangkan ketika
di udara pesawat tertembak dan terjatuh, menyisakan puing-puing yang saat ini
ada di hadapan saya. Hal ini membuat kita patut bersyukur, karena memiliki
prajurit yang dengan gagah berani membela harga diri sebagai bangsa dengan
melawan penjajah. Saat ini kita tinggal menikmati hasil perjuangan para pahlawan,
namun perjuangan masih belum berakhir. Tugas kita untuk tetap menjaga kerukunan
dan kedamaian negeri ini. Menjaga dari orang-orang yang seenaknya sendiri mau
mengganti Dasar Negara kita Pancasila, yang sudah terbukti mampu menjaga Bangsa
ini berpuluh-puluh tahun. Maaf, malah jadi pidato, terbawa emosi.
Sebelum pintu keluar, terdapat toko
souvenir yang menjual barang-barang khas angkatan udara. Juang membeli topi
komando bemotif loreng hijau untuk kamuflase sebagai kenang-kenangan. Gagah nian
saat Juang memakai topi komando. Terlihat raut muka bangga saat berfoto di
depan pesawat tempur dan peralatan angkut TNI AU dengan mengenakan topi tadi. Terlebih
saat dia bisa pamer di depan teman-temannya yang membeli topi bergambar pesawat
tempur, katanya yang bergambar itu nggak asli. Yang asli topi komandoku, jadi
aku yang jadi pemimpinnya hahaha…
Komentar
Posting Komentar
Monggo berdiskusi...