Apa Bapak ini Tuhan?

Dalam perjalanan pulang, aku melewati rumah Bu Slamet, seorang janda tua yang mengalami stroke sehingga dia mengalami lumpuh sebelah. Dari jauh kulihat Bu Slamet berdiri di depan pintu rumahnya sambil melambaikan tangan memanggilku.

" Ada apa Bu?" tanyaku sambil membelokkan sepeda ke arahnya.
" Pak Guru Tulus, apa bisa minta tolong mengantar cucu saya ke Puskesmas?Dia demam dan saya tidak bisa mengantarnya sendiri."
Sejenak aku melirik ke arah seorang anak perempuan kecil berumur kurang lebih 9 tahun yang memang kelihatan lemah dan sakit. Aku berpikir sejenak, jarak Puskesmas itu agak jauh dari tempat tujuanku. Akan tetapi, tidak apalah kalau kuantar anak itu dulu ke sana.
" Baik Bu" sahutku pendek.
Kunaikkan anak perempuan itu di boncengan sepedaku dan kuminta dia berpegangan erat - erat. Lalu kami berangkat.
Di tengah jalan anak itu bertanya :
" Apakah Bapak ini Tuhan?" Aku terkejut mendengar pertanyaan aneh itu.
" Bukan", jawabku pendek.
" Kalau begitu, apa Bapak bekerja untuk Tuhan?" tanyanya lagi. aku semakin penasaran.
" Mengapa engkau bertanya demikian Nak?"
" Soalnya, tadi aku mendengar Nenek berdoa, mohon supaya Tuhan mengantarkan saya ke Puskesmas. Dan Bapaklah yang kemudian datang."
" Oh begitu.."jawabku geli. Tetapi, kemudian aku berdiam diri sejenak menyadari pertanyaan tadi: apakah benar aku bekerja untuk Tuhan? Apa yang sebetulnya sedang kulakukan saat ini ?
" Ya, Nak, aku sedang bekerja untuk Tuhan," jawabku lirih.

inti sari:
Kita sering tidak mampu mendengar panggilan Tuhan karena terlalu sibuk dengan pikiran - pikiran dan prasangka - prasangka kita sendiri. Pak Tulus dibangunkan dari prasangka - prasangkanya oleh sebuah pertanyaan sederhana: " Apakah Bapak bekerja untuk Tuhan?" Kita tidak bisa bekerja untuk Tuhan apabila hati dan pikiran kita dipenuhi dengan prasangka dan pengadilan terhadap orang - orang di sekitar kita.


Cerita diambil dari buku karangan Rm. B.B. Triatmoko, SJ dengan judul Pak Guru Tulus ( Pergulatan mencari makna kehidupan)

Komentar

  1. Lebih tepatnya kalo Pak Guru Tulus itu disebut sebagai malaikat... :)

    Beliau emang tulus. Kalo jaman sekarang, pasti mikir dulu mau nganter seseorang tapi ternyata tempat tujuannya lebih jauh dari arah tujuan tempat kita. hehehe.

    Salam kenal.

    BalasHapus

Posting Komentar

Monggo berdiskusi...

Postingan populer dari blog ini

Membuat Kartu Peringatan 1000 Hari (utk nasi Box)

Contoh - contoh hasil pengecoran logam

Panase Srengenge, Kabeh Melu Nyonggo