Patung Kegelapan

Suatu malam kami sekeluarga jalan-jalan keliling kota. Kami sekeluarga cukup sering keliling kota Solo yang walaupun hanya kota kecil, tapi banyak memberi kenangan bagi kami. Sejak lahir sampai umur 30an kami masih di Solo, sehingga tentu kami merasa sangat nyaman dengan kota yang terkenal dengan kulinernya ini.
Seperti biasa, kami ngobrol-ngobrol kecil dan ngalor ngidul. Tak ketinggalan Juang juga ikut diajak ngobrol karena dia itu nggak mau kalau papah mamahnya ngobrol sendiri sedang dia nggak diajak ngobrol. Sejak dari rumah, dia yang menunjuk jalan yang harus kami lewati.

" Kanan pah..." kata Juang setelah keluar dari komplek perumahan di Mojosongo
" Lewat jembatan Pah..." minta dia ke arah kota
" Terus Pah...lalu belok kanan pah "minta Juang setelah melewati daerah Panggung menuju arah Barat.
" Kita mau kemana to Le?" tanya saya
" Jalan - jalan ke kota, nanti lewat Patung Kegelapan ya Pah!" kata Juang selanjutnya
"Hah..??" kita berdua kebingungan karena dia minta kita lewat di Patung kegelapan
" Patung kegelapan mana to Le?" tanya Mamah Juang
"Sana terus itu lho, lampu merah belok kiri itu lho..." Juang coba memberi keterangan, sedang kita berdua masih bingung dengan penjelasannya.
" Itu lho Pah Patung Kegelapannya" tunjuk dia ke arah patung besar yang ada di daerah Proliman Banjarsari
"Ohh...kok bisa Patung kegelapan" tanya mamah Juang masih belum bisa menerima pernyataan Juang
" Lha itu nggak ada lampunya, jadi kegelapan" Juang coba menerangkan
" Hahahaha.....wkwkwkw..." kita tertawa lepas setelah mendapat penjelasan dari Juang
Ternyata kami tidak paham yang dia maksudkan dengan Patung Kegelapan. Akibat pemakaian bahasa yang campur-campur, membuat Juang mengartikan patung tanpa penerangan menjadi Patung Kegelapan (bahasa Jawa :Patung kepetengen). Dan memang benar pada saat kita lewat, Patung itu belum selesai 100% dan belum dipasangi lampu.
Yah,  Patung Mayor Achmadi memang dibangun di kawasan Proliman Banjarsari dan diresmikan 2010. Patung itu dibangun untuk mengenang peristiwa historis bahwa pernah ada kisah pertempuran 4 hari di Surakarta. Patung ini tepatnya di depan SLTP Kristen 1 Banjarsari. Pada saat saya masih SMP (1996-1999), kawasan ini dipakai untuk jualan sate ayam, terkenal dengan sate Proliman Banjarsari. Sekarang suasananya suda berubah, kota ditata dan masyarakat Solo dikenalkan salah satu tokoh perjuangan yaitu Mayor Achmadi.
Serangan Umum Surakarta berlangsung pada tanggal 7-10 Agustus 1949 secara gerilya oleh para pejuang, pelajar, dan mahasiswa. Menurut catatan sejarah, serangan itu digagas di kawasan Monumen Juang 45, Banjarsari, Solo.
Mereka yang melakukan serangan bergabung dalam Detasemen II Brigade 17 Surakarta yang dipimpin Mayor Achmadi. Untuk menggempur markas penjajah, serangan dilakukan dari empat penjuru kota Solo.
Mayor Ahmadi lahir pada tanggal 5 Juni 1927 di Ngawi, Jawa Timur. Pada tahun 1945 hingga 1947, Mayor Ahmadi menjadi bagian dari para pejuang yang tergabung dalam Laskar Kere pada usia 18 tahun. Di tahun 1948 Mayor Ahmadi diangkat menjadi Komandan Kompi120 Batalyon 100, kemudian dipromosikan menjadi Komandan Batalyon 2 KRU W/ Detasemen II Brigade 17 dengan pangkat Mayor, merangkap sebagai Komandan SWK 106 Arjuna / Komandan KMK Surakarta pada usia 21 tahun. Jasa dari Mayor Achmadi kepada masyarakat Solo adalah ketika mengusir penjajah dalam peristiwa Serangan Umum 4 Hari di Surakarta pada tahun 1948. (http://st292573.sitekno.com/article/39818/patung-mayor-ahmadi.html)
Kami kira Juang bisa melihat hal-hal yang tak kasat mata, ternyata dia hanya memperhatikan ada patung yang berdiri di tempat gelap karena belum ada penerangan lampu to...Tapi sekarang kondisinya sudah tidak kgelapan karena sudah dipasangi lampu.
Salam auw auw

gambar dari solopos.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membuat Kartu Peringatan 1000 Hari (utk nasi Box)

Contoh - contoh hasil pengecoran logam

Panase Srengenge, Kabeh Melu Nyonggo