Sekaten, sebuah nostalgia

Warna baru di Sekaten Solo 2012
Selasa 17 Januari 2012, Lek Narto dan Nyai berkeliling – keliling kota mengendarai sepeda motor tuanya. Setelah diguyur hujan tiap hari dari pagi sampai sore, kesempatan sore yang cerah itu tidak disia – siakan Lek Narto dan Nyai untuk jalan – jalan. Pilihan dijatuhkan untuk mengunjungi pagelaran Sekaten yang memang baru dibuka sekitar 2 hari. sore itu pengunjung lumayan banyak, pedagangpun terlihat gembira dan bersemangat dalam melayani pembeli. Tak hanya pengunjung dari kota Solo saja, namun juga pengunjung dari Karang Anyar, Klaten, Boyolali dan daerah sekitar. Hal ini terlihat dari plat nomer kendaraan yang terparkir di beberapa titik parkir.

Sekaten sendiri sebenarnya adalah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada tanggal 5 bulan Mulud ( Kalender Jawa ), orang juga sering menyebut Muludan. Biasanya perayaan Sekaten ditandai dengan adanya acara Pasar malem dan pesta rakyat. Acara yang biasanya ditunggu – tunggu oleh generasi tua adalah saat dikeluarkannya dua perangkat Gamelan Kraton untuk ditabuh. Gunungan juga tak kalah menariknya, setiap tahun orang berbondong – bondong datang untuk menyaksikan perarakan Gunungan yang kemudian akan diperebutkan oleh masyarakat. Banyak masyarakat yang percaya akan mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa apabila bisa memperoleh salah satu sayuran yang digunakan untuk membuat Gunungan. Namun juga ada yang melihat hal tersebut sebagai sebuah tradisi yang sangat sayang untuk dilewatkan.  Semua terserah pada pribadi yang meyakini, yang terpenting adalah kebahagiaan yang muncul saat kebersamaan dengan masyarakat lain.
Ilustrasi Gunungan ( http://www.antaranews.com/berita/1294614747/menjaga-tradisi-keistimewaan-budaya-melalui-sekaten)

Makanan, nampaknya hal ini juga tidak bisa dipisahkan dari sebuah Pesta Rakyat, Sekaten. Banyak pilihan ketika jalan – jalan bersama keluarga mengelilingi Alun – alun Utara Keraton Surakarta. Ada bakso, mie ayam, sate kere, dan yang menurut Lek Narto paling fenomenal adalah Dawet Pak Mbolon. Entah itu warung yang mana, namun nama itu selalu saja terngiang di kepala ketika Sekatenan diadakan. Di sepanjang jalan alun – alun, Panjenengan akan menemukan penjual arum manis, martabak, tahu petis, jenang dodol ( warnanya hitam ), brondong warna – warni dengan aneka bentuk, dan sekarang ada tambahan makanan dari Betawi yaitu kerak telor yang ikut meramaikan. Belum cukup sampai disitu, kalau Anda berjalan kearah Barat alun – alun, Anda akan menemukan Masjid Agung. Biasanya di pelataran Masjid akan banyak penjual makanan yang menawarkan makanan khas lainnya. Ada cabuk rambak, wedang ronde, sego liwet, dan tak lupa telur asin. Mereka semua nampaknya siap memanjakan para pengunjung yang lapar atau bahkan yang kangen akan cita rasa kuliner tradisional.

Ada yang khas, dari Lek Narto masih anak – anak sampai sekarang, ternyata selalu saja yang dagang barang yang satu ini. Yak, gerabah…dagangan ini selalu muncul pada saat acara Sekatenan. Mulai dari vas bunga, mainan anak – anak ( masak – masakan ), celengan aneka bentuk, dan kendi ( tempat minum tradisional ). Akan ditemukan juga mainan dari gerabah berbentuk kodok, atau orang sering menyebut kodok – kodokan, kapal othok – othok yang terbuat dari seng, dan juga gangsingan yang tak mau kalah bersaing dengan mainan lain. Mainan tradisoanal itu masih eksis sampai sekarang, mengalahkan mainan modern yang tiap tahun bahkan tiap minggu selalu ada yang baru. Sebuah perjuangan bagi Sang penjual mainan tradisional ketika harus bersanding dengan penjual mainan modern.
Sekaten akan terus bertahan, walaupun banyak perkembangan di sekitar kita namun Sekaten akan tetap sama dengan yang dulu. Suasana khas yang dibangun dari kesederhanaan, akan mengundang siapa saja baik anak – anak maupun orang dewasa. Membangkitkan sebuah nostalgia masa lampau yang sulit untuk disingkirkan di tengah ramainya kemajuan jaman.

Solo Spirit of Java

Komentar

  1. Koq lek Narto nggak ngajak saya sekatenan... wis mulai rame to lek pasar malem e....!!!

    BalasHapus
  2. tuku gerabah ora kang ?
    sak ngertiku regane ora larang, volumene gedhe, angel le nggawa mulih. ketoke yo ora payu ning tetap ana terus ya kang ?

    BalasHapus

Posting Komentar

Monggo berdiskusi...

Postingan populer dari blog ini

Membuat Kartu Peringatan 1000 Hari (utk nasi Box)

Contoh - contoh hasil pengecoran logam

Panase Srengenge, Kabeh Melu Nyonggo