Panase Srengenge, Kabeh Melu Nyonggo


Halo Matahari, 4 Oktober 2011
Akhir – akhir ini ( bulan Oktober 2011 ) saat siang hari datang, Lek Narto pasti mengalami yang namanya Sumuk (gerah ). Tidak hanya disebabkan karena ruang kerja Lek Narto yang tidak ber-AC dan berdebu, tapi juga cuaca di kota Solo yang nampaknya memang eksterm panasnya. Saat melihat thermometer yang ada di dinding, wee…lha ko 37˚C ( Alat tidak dijamin valid ). Walaupun sudah pasang kipas angin, tapi tetap saja tidak bisa menghalau sumuk yang dirasakan.
“Walah…esuk – esuk wis kemringet sak grontol – grontol “keluh Pakdhe Sas, teman kerja Lek Narto.
“ Panase srengenge akeh sing nyonggo, panase ati marai emosi “ teman Lek Narto yang lain menggoda.

Karena memang cuaca sekarang tergolong ekstrem, Lek Narto penasaran mengapa kok puanasnya bisa sampai begitu menyengat.
Menurut berbagai sumber, ternyata cuaca ekstrim ini disebabkan pergerakan suhu matahari yang berada di bumi utara, sehingga pemanasan sangat efektif. Kondisi ini diperparah hembusan angin pada lapisan atas mempunyai kecenderungan pola menyebar sehingga pembentukan awan menjadi sangat sulit dan sinar matahari langsung memanggang bumi.
Teori lain menyebutkan bahwa pemanasan global terjadi karena efek rumah kaca. Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyakbatu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya.
Energi yang masuk ke Bumi:
§  25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer
§  25% diserap awan
§  45% diserap permukaan bumi
§  5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi
Energi yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar inframerah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda.
Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah belerang dioksida, nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana dan klorofluorokarbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.

“ Waduh…bahaya ini, ternyata meningkatnya efek rumah itu juga karena ulah manusia to???”lek Narto kebingungan.
“ Ternyata dengan semakin meningkatnya jumlah kendaraan di jalan raya, penggunaan pendingin ruangan, Lemari es, dan hasil pembakaran batu bara bisa membuat bumi ini makin panas to…”Lek Narto manthuk – manthuk karena sekarang sedikit lebih tahu kenapa kok hawanya jadi panas begini.

sumber : disini

Komentar

  1. Saya sering baca kalau Solo sekarang tambah panas. Awalnya saya nggak percaya, karena kalau saya pulang ke Solo (saya sekarang kuliah di Surabaya), saya pasti kedinginan, walaupun orang-orang bilang kalau Solo saat saya kedinginan itu, adalah saat Solo sedang panas-panasnya.

    Semoga Solo tetap adem aja deh :D

    BalasHapus
  2. @heyindranota:Wo...ya pantes aja kalo panjenengan merasa Solo adem, wong biasanya selalu di Surabaya gitu. Dan berkat doanya, Solo masih "adem" saja. Terima kasih sudah mampir

    BalasHapus

Posting Komentar

Monggo berdiskusi...

Postingan populer dari blog ini

Membuat Kartu Peringatan 1000 Hari (utk nasi Box)

Contoh - contoh hasil pengecoran logam